Wednesday, August 30, 2006

Allah lebih mencintai Eet Herliko Anak 3thn Korban Kebakaran itu

Tribun Batam, 30 Agustus 2006
Bayi Korban Kebakaran Meninggal Dunia
Sempat Hidup Lagi saat Dicium Ibu

EET herliko, bayi usia 3 tahun 9 bulan yang menjadi korban kebakaran di ruli Centre Park Batam Centre, Jumat (25/8) lalu, akhirnya meninggal dunia di Rumah Sakit Otorita Batam (RSOB), Senin (28/8) sekitar pukul 01.00 dinihari.Kepergian bocah ini membuat ibunya, Elvi, merasa sangat terpukul dan tak kuasa menahan haru. Begitu mengetahui putra sulungnya itu meninggal, ia tak henti-hentinya meneteskan air mata. Bahkan, ketika anaknya itu dimasukkan ke kamar jenazah, hingga pagi Elvi hanya bisa terduduk diam di depan pintu masuk kamar jenazah tersebut. Sehari sebelumnya, kondisi korban masih membaik bahkan denyut nadinya pun masih normal. Bocah ini pun sebelumnya sempat dikunjungi Wakil Wali Kota Batam, Ria Saptarika bersama istrinya. Namun, menjelang hari Senin (28/8) pagi sekitar Pukul 09.00 WIB, dokter yang melakukan pemeriksaan terhadap pasien mendapati kondisi Eet dalam kritis. Menurut salah seorang kerabat korban, Suryadi, dokter yang habis melakukan pemeriksaan pagi itu menyatakan kemungkinan pasien tak mampu bertahan lama lagi mengingat fungsi organ tubuhnya seperi jantung dan paru-paru tak mampu bekerja secara optimal lagi. "Dokter pun menyarankan agar semua keluarga pasien (Eet, red) dipanggil," ujar Suryadi, Selasa (29/8) di RSOB, Sekupang. Sempat ''hidup'' lagi Setelah sejumlah kerabat maupun tetangga korban berkumpul, suasana haru menyelimuti ruang isolasi RSOB, kamar dimana Eet dirawat. Ibu Eet, Elvi dan ayahnya, Anton hanya bisa menatap putranya itu. Mereka pun ikhlas melepas kepergian putra mereka tersebut. Hingga akhirnya, Pukul 10.00 WIB, nafas Eet tiba-tiba terhenti dan denyut nadinya pun ikut berhenti. "Garis di layar monitor oksigennya pun sudah lurus, pertanda bahwa pasien menghembuskan nafas terakhir. Keluarga pasien yang hadir pun sudah memperkirakan Eet telah meninggal," lanjut Suryadi. Namun nasib berkata lain, 10 menit setelah peristiwa itu, Elvi, yang masih menangis haru dipelukan putranya melihat denyut nadi di leher Eet tiba-tiba bergerak lagi. Tidak hanya itu, nafas bocah ini pun kembali keluar. "Saya melihat sendiri, ketika selesai mencium pipinya, tiba-tiba nadi di lehernya bergerak lagi. Dia (Eet, red) ternyata hidup kembali. Buru-buru saya langsung memasang alat bantu oksigen di hidungnya," ujar Elvi dengan mata berkaca-kaca. Sejak saat itulah denyut nadi Eet bergerak kembali. "Kita tak percaya, karena ia sempat mati selama 10 menit,dan hidup kembali,"ujar Ardian, tetangga korban. Namun, kejadian luar biasa itu ternyata tak berlangsung lama. 15 jam setelah Eet hidup kembali, Selasa (29/8) Pukul 01.30 dini hari, bocah tersebut akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Sejak saat itulah keluarga dan tetangga korban kembali ramai berdatangan ke kamar jenazah RSOB. Ayah korban, Anton, tampak tegar melepas kepergian putra kesayangannya itu sembari sibuk mengurusi persiapan pemakaman putranya di TPU Sungai panas. "Kami ikhlas melepasnya," ujarnya singkat. Ia mengaku berterimakasih kepada pihak RSOB yang telah membantu meringankan biaya perawatan dan pengobatan putranya. Termasuk dari Wakil Wali Kota Ria saptarika dan kelurahan setempat. "Khusus harga obat senilai Rp 1 juta kami dibantu pihak rumah sakit dan pihak lainnya. Kami hanya menutupi harga obat seharga Rp 100 hingga Rp 300 ribu," ujar Anton. Sebelum meninggal, kondisi Eet memang sudah parah. Seluruh badannya dibalut perban. Di tangannya menempel jarum infus dan dihidungnya menempel selang bantuan pernapasan. Tarikan napasnya terdengar cukup kuat, kadang ia menjerit seperti menangis.Minggu (27/8) kemarin, Eet dikunjungi Wakil Wali Kota Batam, Ria Saptarika, dan istrinya, Suparti. Saat itu, Suparti sempat tertegun melihat kondisi Eet. Kebakaran itu tidak hanya mengakibatkan luka di bagian luar tubuh Eet, tetapi lambung dan saluran pernapasannya juga mengalami luka. Oleh sebab itu, Eet dipuasakan sambil lambungnya dibersihkan.Saat kejadian itu, Toni, ayah Eet sedang bekerja sebagai pekerja bangunan, sedangkan Erlina, ibunya juga sedang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Eet ditinggal sendirian di rumah dengan pintu terkunci. Mereka berdua tidak menyangka malang akan menimpa pada hari itu. "Untung saja waktu itu tetangga kami peduli. Ketika itu mereka mendengar Eet menangis berteriak di dalam rumah. Lalu pintu didobrak, kemudian Eet dibawa ke rumah sakit awal Bros," ujar Toni. Sebelum kejadian kebakaram, beberapa warga ruli Centre Park melihat asap asap tebal berasal dari rumah milik Toni. Warga yang mengetahuinya mencoba mendekat. Dari dalam rumah terdengar tangis Edi alias Eet, anak Toni yang masih berusia tiga tahun. Warga lalu berinisiatif mendobrak pintu rumah Toni karena api makin besar. Didapati Edi menjerit. Bocah itu menangis kesakitan karena sebagian badan dan tangannya tersambar api. Bocah itupun dilarikan ke rumah sakit oleh warga. Tetangga korban, Mak Ian, salah seorang warga yang ikut menyelamatkan anak itu mengatakan, bocah berusia tiga tahun itu terkurung api. "Eet menangis badannya dan tangannya terbakar. Saya menggendongnya keluar, setelah rumah itu didobrak warga," ujar Mak Ian kepada Tribun. (war/mon)

No comments: